Blog ieu sekadar carita tentang sim kuring, buku2 nu di baca ku sim kuring, puisi nu kuring karang, sagala paristiwa nu kaalaman.. pokokna mah, simkuring.com!! hahahahahaha ................. *This blog consists of everything I've done. Books were read, what I feel, what I imagined. It tells all about me. Just all about me!! x)))

Premium Blogger Themes - Starting From $10
#Post Title #Post Title #Post Title

Bodoh!!! 'til the end

Aku menatapmu. Kau menatapku.
Seakan bisa membaca apa yang kupikirkan, -Ya, memang kau selalu bisa- kau mulai bercerita,
'ingat nggak?waktu kamu SMP kamu pernah bercerita kepadaku tentang sepupumu?' tanpa menunggu jawabanku, kau melanjutkan kisahmu 'kau pernah bilang, kau punya sepupu yang waktu itu ikut tinggal di rumahmu, karena dia melanjutkan kuliahnya di kota ini. Dia sangat perhatian kepadamu, menganggapmu bagai adik sendiri. Tapi kau tidak suka padanya, karena orang tua mu selalu membanding-bandingkan dirimu dengan dirinya, dan orang tuanya terlalu ikut campur dengan urusan mu. Dan kau semakin membencinya, ketika banyak orang bilang kalau kalian mirip. Ya, menurutku pun hampir mirip, sekilas, hanya saja dia tidak berdagu lancip dan berhidung pesek sepertimu' melihat ekspresi marah di wajahku, kau tertawa, mengacak-ngacak rambutku, dan kembali bercerita, sedang aku tetap cemberut 'aku tetap menunggumu, tiap sore hari, aku datangi bukit ini. Hingga usiaku genap 30, orangtuaku merongrongku untuk segera menikah. Sedang kabarmu pun tak jua tiba. Ketika itu aku melihatnya sekilas. Aku pikir itu kamu. Aku berlari mengejarnya, perasaan suka cita meluap-luap di dadaku. Ketika aku menyentuh pundaknya dan dia menoleh, baru ku sadari, tak mungkin kau tumbuh menjadi lebih pendek. Tapi sungguh untuk sepersekian detik. Dia memang mirip denganmu. Belakangan aku tahu, bahwa dia adalah sepupu yang dulu pernah kau ceritakan. Aku mendekatinya untuk mengetahui kabarmu.
Berada di sisinya, membuatku merasa ada kamu di sisi ku. Aku ingin tetap menunggu mu hingga kembali. Tapi usiaku beranjak semakin tua, dan orangtuaku segera ingin aku menikah. Akhirnya ku putuskan untuk menikah dengannya. Karena aku ingin, dalam darah anak ku kelak, akan ada darahmu ikut jua mengalir di dalamnya, walau mungkin hanya sedarah seketurunan. Dengan nya, aku bisa diam-diam mengawasimu dari jauh, selalu tahu bagaimana keadaanmu, karena seperti yang pernah kau bilang 'orangtuanya dan dirinya, terlalu ikut campur urusanmu' dan aku tak pernah berlama-lama menatapnya, hanya beberapa detik, karena dalam beberapa detik itu, yang ku lihat adalah dirimu, dengan begitu aku merasa hidup bersamamu'
'bodoh!!' baru kali ini aku berkata itu kepadamu, biasanya kamu yang selalu bilang padaku,bodoh!.
Kini ganti aku mengacak-ngacak rambutmu.
'tak bisa ku pungkiri, sedikit tersentuh aku mendengarnya. Yaa,, setidaknya dengan itu aku memaafkanmu karena tidak bilang padaku dari awal,kalau kau menikah dengan sepupuku. Tapi aku wanita, punya perasaan sama sepertinya. Bagaimana rasanya jika aku ada di posisinya, aku mengerti dan aku merasakannya, sakit! Sungguh, aku telah terlalu banyak menyakitinya dengan tetap berhubungan denganmu, dan aku tak ingin terus menyakitinya untuk selamanya. Cukup!cukup aku saja yang menahan kesakitan ini. Aku minta kau hidup bahagia dengannya. Mencintainya setulus dia mencintaimu. Mencintainya karena apa ada dirinya.Mencintainya karena telah bertaruh nyawa melahirkan anakmu. Ya..darah dagingmu. Anakmu dan anaknya. Bukan karena diriku, bukan karena ovumku. Jika kau benar-benar mencintaiku, sedalam laut, sebesar dunia. Cintailah dia sedalam samudra, seluas jagat raya. Berjanjilah padaku kau akan hidup bahagia! Aku yakin aku pun akan menemukan kebahagiaanku suatu saat kelak'

Kau terdiam. Aku pun diam..
'berjanjilah' pintaku seraya menggenggam kedua tanganmu.
Kau menatapku. 'berjanjilah?' dan kau pun mengangguk

'sepertinya, saatnya aku pergi...this is the last kisses from me'
Cup...kecupan terakhirku di pipi kananmu
Cup..kecupan terakhirku di pipi kirimu
Muach..kecupan terakhirku di keningku
Mmmmuuaacchh...kecupan terakhir di bibir manismu.
Kemudian aku beranjak pergi menuju mobilku, kau berlari mengejarku, memelukku dari belakang 'izinkan aku melakukan ritual perpisahan'
'baiklah...'
Setiap kita akan berpisah, entah hanya karena kau mau pergi ke kantor. Atau kau kembali pulang ke rumah. Atau hanya karena kau bepergian ke luar kota. Sebelum kita terpisah, selalu kau menatapku lama-lama, meraba wajahku, mengelus rambutku, kemudian memelukku, dan mencium keningku, kemudian berkata 'pergi dulu y' sambil menyunggingkan senyum dan mengacak-ngacak rambutku. Kini kau pun begitu. Menatapku lebih lama lagi, meraba wajahku dengan perlahan, mengelus rambutku dengan sangat lembut, dan memelukku lebih erat lagi, erat, dan erat, mengecup keningku,terus mengecupnya..dan aku hanya membalas pelukmu sambil memejamkan mataku,
merasakan kembali elektron-elektron kasih sayang yang kau keluarkan menembus pori kulitku, merasakan dua degup jantung, punyaku dan punyamu, berirama bersamamu..merasakan eratnya pelukmu, yang semakin menyesakkanku. Andai waktu berhenti sampai disini, dan tetap begini hingga aku mati dalam pelukmu, aku rela.

Leave a Reply