Blog ieu sekadar carita tentang sim kuring, buku2 nu di baca ku sim kuring, puisi nu kuring karang, sagala paristiwa nu kaalaman.. pokokna mah, simkuring.com!! hahahahahaha ................. *This blog consists of everything I've done. Books were read, what I feel, what I imagined. It tells all about me. Just all about me!! x)))

Premium Blogger Themes - Starting From $10
#Post Title #Post Title #Post Title

Bodoh!!! 'til the end 5

Terbangun aku oleh nada “fall for you” nya Secondhand serenade yang melantun dari Hp ku. Nomornya tak kukenal.
“hallo”
“Baru bangun ya? Katanya kamu nggak jadi pulang ke Singapore? hari ini nggak ada acara kan? Anterin ke mall ya, aku tunggu jam satu ya di rumah. Daaaghhhh”
--Tut—telfon dari seberang sana ditutup.
“Siapa sih ni orang? Udah ganggu tidur orang, nyerocos mulu pula. Ah, tidur lagi” kembali ku tarik selimutku. Tapi tidurku kembali terganggu.
Tok—tok—tok—tok—
“Neng,,bangun, sarapan dulu”
“entar aja Bi, masih pagi”
“Ini udah jam sebelas”
Terperanjat seketika, “hah, jam sebelas?!!” Ku buka pintu kamar, Bibi sudah berdiri dengan nampan berisi sandwich dan segelas susu. “Makasih Bi” kataku sambil nyengir.

“Hoooooo… segarnya dah mandi, walau bukan mandi pagi , pun sore. Siang bolong gini, tetap menyegarkan. Ngeringin rambut sambil nongkrong depan TV ah” niatnya sih begitu, tapi beberapa menit kemudian.
Ting—tong—ting—tong
“Bi…”
Ting—tong—ting—tong
“Bibi....” yang ku panggil taj jua muncul, sudahlah…
Ting—tong—ting—tong
“Iya,,iya,,bentar” akhirnya aku beranjak dari kursi malasku.
Ting—tong—ting—tong
“Ihhh,,,siapa sih, nggak saba….” Kalimatku terputus ketika ku buka pintu
“siapa yang nggak sabaran huh?” orang yang di depan pintu, tepatnya perempuan, berkata seraya bertampang jutek. Salting aku dibuatnya, hanya bisa nyengir kepaksa itulah jawabanku. Kemudian senyum menyeringai di wajah yang jutek tadi. “Masa sepupumu ini tak kau beri masuk”
“Oh iya, sorry, lupa…ayo masuk” ku persilahkan dia masuk.
“kamu tuh gimana sih, tadi kan dah Mbak telephone jemput mbak di rumah jam satu. Ini di tungguin ampe jam 2 nggak nongol-nongol juga”
“Oh,,maaf lupa” aku berkilah menutupi kebingunganku.
oooo…sekarang aku tahu siapa orang yang tadi ganggu waktu tidurku.

Begitulah cewek, kalau sudah di mall, lari sana lari sini, apalagi kalau lihat diskon. Sepertinya mereka tak pernah lelah memburu belanjaan mereka, entah penting atau berguna, sepertinya kalau keluar dari mall tidak membawa belanjaan bertas-tas kayaknya kurang apdol. Entahlah..padahal aku cewek, tapi aku paling tidak suka ber-shopping ria. Memang tidak semua cewek seperti itu. Tapi apa jadinya kalau semua cewek seperti aku, yang tidak suka berbelanja, kasihan kan tukang dagang, bisa-bisa dagangannya tidak laku, makan apa dia dan keluarganya. –Terpekur—betapa Tuhan telah menciptakan dunia ini begitu sempurna. Segalanya saling berkekurangan dan berlebihan sehingga menciptakan suatu relasi saling mengisi dan terciptalah keselarasan. Adakah Kau juga menciptakan “isi” untuk hatiku yang kosong, Tuhan?
“Banyak banget mbak belanjanya?”
“Ia, ini kan untuk keperluan ekahan anak mbak entar”
“Emang kapan?”
“Bulan depan” sambil tersenyum riang, ia pun kembali asyik dengan daftar belanjaannya.
Terlibas iri dalam hati, menjadi istri sang terkasih, menjadi ibu buah hati yang tersayang.
“Kamu antar mbak pulang kan?” Hari sudah gelap dan kami baru keluar dari mall.
“Ia” jawabku patuh atas pertanyaan yang bukan pilihan, tapi penegasan.

Ah, bodohnya aku, mengapa aku mau mengantar ia berbelanja, ku antar pulang pula. Satu hal yang tak bisa terhindarkan karenanya, aku bertemu dengan kamu.
“Mah, kok lama banget sih?ini anak nangis mulu. Kan papah udah bilang…” Suaramu terdengar dari dalam rumah, lalu seperti tercekat tenggorokanmu , tak mampu berucap kala kau melihatku, mengantarkan kepulangan istrimu. Melihatmu, aku hanya tersenyum, maksa sebenarnya. Karena hati ini meringis mendengarmu berujar mamah tapi bukan untukku dan papah yang bukan milikku. – ku tegarkan hati—

Malam itu berakhir dengan makan malam di rumahmu, bersamamu dan bersamanya. Entah aku tak mengerti, lidahku yang kelu atau hati ini yang hambar. Makanan kurasa tak berasa. Apalagi ketika kulihat kau dan dia bagai pasangan suami-istri, ralat, bukan bagai tapi memang begitu adanya. Sewajarnya sang istri menyiapkan mengambilkan, terkadang menyuapi suaminya. Ya.. itu sudah sewajarnya, aku hanya merasa sedikit gerah, sepertinya makanan yang ku makan semuanya baru di angkat dari kompor, panas. -- aku cemburu—

“Aku pulang dulu ya Mbak” Kau dan dia mengantarkan kepergiaanku sampai gerbang rumah.
“hati-hati ya..sering-sering main kesini”
Senyum kecut tersungging di bibirku. Hah “sering-sering main kesini”, harus berapa banyak obat bius yang kusuntikkan pada hatiku, agar hati ini tak berasa ketika melihatnya bermesraan denganmu? Sepertinya kalau aku kembali kesini, aku cukup bawa diri, sedang hati, biar ku simpan dalam freezer. – aku ingin momod—


*__________________________________________________________________*

Leave a Reply