Kala itu, di tengah keramaian kota Bandung,
ditengah jalanan yang dikutuk kemacetan,
disela hiruk-piruknya kendaraan di pagi hari.
Tampak jelas di depanku, seorang tua berbaju hitam,
bajunya terbuka tersebak angin, dengan hanya terlindungi topi usang, ia menentang matahari.
Ya..walau pagi hari, kala itu matahari seperti hendak memanggang yang terkena sinarnya.
Orang tua yang berpenampilan tua pula, pakaiannya, topinya,
bahkan sepeda yang ia kayuh pun, sepeda ontel jaman dulu.
Terus mengayuh, menerjang derasnya kendaraan masa kini.
Mencoba tahu diri dengan berjalan di sisi paling kiri.
Ah dasar anak muda, tak mau lah mengalah, apalagi yang bermotor,
salip sana salip sini, hingga ia mencoba menyalip ke kiri tanpa peduli memotong jalur kayuhan sepeda Pak Tua.
"kring..kring...kring..kring..."
Pak Tua mencoba memperingatkan,
tapi deringan bel ontelnya, tak bisa "menarik perhatian" orang disekitarnya,
tak bisa menandingi derunya suara motor dan mobil.
sepertinya belnya itu takdapat membantunya terhindar dari tabrakan.
Sang motor hendak menyalip, sepeda sudah terkayuh,
tak terelakan Pak Tua tersenggol oleh sang motor.
Namanya juga orang tua, selalu mengingatkan, tapi memang anak jaman sekarang, mana ada yang mau dengar, bahkan terkadang berani membantah.
Aaahhhh,,,,,dasar orang tua! tak lekas marah, selalu memaafkan.
Seakan maafnya tiada batas seperti kasihnya,
dan Pak Tua, hanya membenarkan sepedanya lalu kembali mengayuh.
Aplikasi Integral I (lone...)
13 tahun yang lalu